29 November 2025


Kementrian Kebudayaan RI Berkolaborasi Dengan Komisi X DPR RI Menggelar Agenda Diskusi Budaya

Diterbitkan 29 November 2025 ~ 6:34 PM


Pringsewu, LENSAPESISIR.ID,- Kementerian Kebudayaan RI berkolaborasi dengan Komisi X DPR RI menggelar agenda diskusi Budaya mengulas tiga tema sekaligus, berlangsung di Hotel Urban Pringsewu selama dua hari, Sabtu-Minggu (29-30/11/2025). 

Tiga tema agenda diskusi Budaya itu yakni, merawat akar budaya, regenerasi musik tradisional Lampung di era digital. Lalu melatih dan mengembangkan kreativitas dalam menjaga warisan tapis Lampung serta Budaya Lampung di era digital : antara peluang dan tantangan. 

Hal itu guna mendorong pelestarian akar budaya sekaligus bentuk komitmen antara  Kementrian Kebudayaan RI dan Komisi X DPR RI. Pada tiga agenda diskusi secara bergantian waktunya itu, menghadirkan sejumlah nara sumber sesuai bidang dan menghadirkan sekitar 210 peserta. 

Anggota DPR RI Fraksi PKB, Dr. H. Muhammad Khadafi, SHdiskus dari Dapil Lampung 1,

melalui sambungan Zoom Meeting kepada peserta di antaranya mengharapkan, pada diskusi publik itu menjadikan  momentum bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk semakin mencintai dan melestarikan musik tradisional Lampung sebagai bagian dari identitas budaya daerah sekaligus kekayaan seni Nusantara.

Disamping itu DR. Muhammad Khadafi menuturkan, bahwa Tapis Lampung telah dikenal secara internasional berkat keunikan dan nilai budayanya yang luar biasa. "Maka, sebagai warisan budaya, kain ini tidak hanya disimpan dan dipajang di museum, tetapi juga terus didorong untuk beradaptasi dengan kemajuan zaman. Bahkan Kini, Tapis kerap menghiasi berbagai acara fashion, baik di dalam maupun luar negeri,"ujarnya. 

Sedang pengembangannya banyak digerakkan oleh kreativitas generasi muda, yang menjadikan Tapis sebagai ciri khas Provinsi Lampung. Potensi bonus demografi dimanfaatkan secara produktif untuk memperkuat daya tarik Tapis di kancah global. 

Khadafi menilai, sebagai ikon fashion yang terus berevolusi, Tapis berhasil bertransformasi menjadi produk yang relevan dengan kebutuhan masa kini. Keberadaannyapun mudah ditemui di platform digital seperti Instagram, TikTok, dan berbagai marketplace. 

Muhammad Khadafi menyebut keunikan Tapis telah membuatnya menjadi pengingat yang kuat akan identitas Lampung. Saat orang mengenang Lampung, mereka akan teringat pada Kain Tapis. 

"Saat ini, motif dan filosofi Tapis pun telah meluas ke berbagai produk turunan, seperti pakaian modern, dekorasi rumah, pernak-pernik, dan bahkan kolaborasi dengan alas kaki seperti sepatu, sehingga semakin mengakar dalam kehidupan sehari-hari,"imbuhnya.

Sementara Nara sumber Algustomi, membahas materi berjudul 'Merawat Budaya Nusantara : Tantangan dan Solusinya.' Dia menekankan bahwa Indonesia merupakan negara multikultural dengan keberagaman budaya, suku, dan agama yang begitu luas. Menurutnya, kondisi tersebut menjadi kekayaan yang harus dijaga, bukan sumber perpecahan.

“Indonesia adalah bangsa yang multikultural. Budaya yang diwariskan oleh para leluhur harus kita rawat dan lestarikan. Perbedaan budaya, suku, dan agama bisa menjadi pemicu konflik bila tidak disikapi dengan bijak, namun jika disyukuri, maka keberagaman itu justru melahirkan kerukunan dan kedamaian,”terang Algustomi.

Sedang narasumber lainnya, Ardiansyah, turut memperkuat pentingnya regenerasi dan adaptasi budaya di tengah perkembangan teknologi digital. Dia menyoroti bagaimana musik tradisional Lampung dapat tetap diminati generasi muda melalui pendekatan kreatif dan pemanfaatan platform digital sebagai ruang promosi dan pelestarian.

Sementara pada Diskusi Budaya juga menghadirkan sejumlah narasumber yang memang kompeten dibidangnya. Seperti Lili Basuki, Owner Kinan Tapis dan Arum Arupi Kusnidar seorang akademisi yang selama ini fokus pada pendampingan koperasi dan UMKM serta Dini perwakilan dari Kementerian Kebudayaan RI.(Pri)